Gangguan makan
1. Pendekatan
Tahapan awal dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling dan terapi, dan dapat menumbuhkan adanya kepercayaan, keyakinan, dengan didasari atas keterbukaan dan kejujuran atas semua pernyataan klien dan konselor dalam proses terapi.
2. Menggali informasi dari subjek
Terapis harus mengetahui dengan jelas latar belakang klien dan apa yang menjadikan permasalahan serta sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Dan kita juga berusaha mencari data masalah yang dihadapi klien sehingga kita dapat memahami apa-apa yang dialami klien dan kesulitan masalah yang dihadapinya. Dan mengadakan pendataan masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah. Hal ini untuk dapat menentukan alternative terapi yang tepat.
3. Memilih Terapi yang Tepat
Setelah beberapa alternatif pemecahan masalah klien terkumpul, kemudian dilakukan pengujian pada setiap alternatif tersebut. Setelah jelas berbagai masalah terkumpul, kemudian mengambil dan menetapkan pemecahan masalah yang mana akan dipilih untuk dilaksanakan. Berdasarkan informasi yang diberikan klien, maka terapi yang tepat adalah dengan terapi behavioral kognitif.
4. Pelaksanaan Terapi
Terapi ini membantu individu mengalahkan pikiran dan keyakinan yang self defaiting serta mengembangkan kebiasaan makan dan pola berpikir yang lebih sehat. Modifikasi perilaku membantu untuk meningkatkan berat badan dengan memberi hadiah yang diinginkan untuk perilaku makan yang tepat.
5. Evaluasi
Tahapan ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengadakan penilaian terhadap keefektifan proses bantuan terapi dan penentuan kegiatan tindak lanjutnya. Tahap ini adalah tahap yang apakah tujuan terapi ini telah terpenuhi dan apakah hasil dari terapi ini sudah didapat. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap evaluasi. Evaluasi dapat dilihat berdasarkan record dari klien sebelumnya dan kemajuan apa yang terjadi setelah klien melakukan terapi.
Evaluasi dilakukan dalam tahapan yang sistematis, yaitu :
- Harapan awal : terapi berhasil atau klien tidak makan secara berlebih dan memuntahkannya.
- Setelah dilakukan terapi, subjek dapat makan cukup dan tidak memuntahkannya.
SKIZOFRENIA
1. Pendekatan
Terapis melakukan rapport kepada klien dengan menanyakan identitas klien yaitu nama, umur, tempat dan tanggal lahir, hobi, dan sebagainya, serta membuat klien menjadi nyaman.
2. Menggali informasi dari subjek
Setelah itu terapis mulai menggali informasi tetang subjek melalui wawancara untuk mendiagnosisnya. Untuk mengetahui latar belakang, kehidupan berinteraksinya. Mencari data-data kejadian yang pernah dialaminya.
3. Memilih Terapi yang Tepat
Setelah itu melalui data dan latar belakangnya maka kemudian kita mencari alternative terapi yang tepat bagi klien. Sesuai dengan data yang didapat klien sering berhalusinasi, pembicaraan tidak koheren dan adanya waham maka terapis yang dipilih adalah dengan penanganan psikososial.
4. Pelaksanaan Terapi
Penanganan psikososial ini merupakan pendekatan berdasarkan prinsip belajar, seperti system token ekonomi dan pelatihan ketrampilan social, untuk mengembangkan perilaku yang adaptif.
5. Evaluasi
Tahapan ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengadakan penilaian terhadap keefektifan proses bantuan terapi dan penentuan kegiatan tindak lanjutnya. Tahap ini adalah tahap yang apakah tujuan terapi ini telah terpenuhi dan apakah hasil dari terapi ini sudah didapat. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap evaluasi. Evaluasi dapat dilihat berdasarkan record dari klien sebelumnya dan kemajuan apa yang terjadi setelah klien melakukan terapi.
Evaluasi dilakukan dalam tahapan yang sistematis, yaitu :
- Harapan awal : terapi berhasil atau klien dapat beradaptasi dengan baok terhadap lingkungannya
- Setelah dilakukan terapi, subjek dapat beradaptasi dan tidak berhalusinasi
Disfungsi Seksual
1. Pendekatan
Tahapan awal dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling dan terapi, dan dapat menumbuhkan adanya kepercayaan, keyakinan, dengan didasari atas keterbukaan dan kejujuran atas semua pernyataan klien dan konselor dalam proses terapi.
2. Menggali informasi dari subjek
Terapis harus mengetahui dengan jelas latar belakang klien dan apa yang menjadikan permasalahan serta sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Dan kita juga berusaha mencari data masalah yang dihadapi klien sehingga kita dapat memahami apa-apa yang dialami klien dan kesulitan masalah yang dihadapinya. Dan mengadakan pendataan masalah dan mencari tahu latar belakang terjadinya masalah. Hal ini untuk dapat menentukan alternative terapi yang tepat.
3. Memilih Terapi yang Tepat
Setelah beberapa alternatif pemecahan masalah klien terkumpul, kemudian dilakukan pengujian pada setiap alternatif tersebut. Setelah jelas berbagai masalah terkumpul, kemudian mengambil dan menetapkan pemecahan masalah yang mana akan dipilih untuk dilaksanakan. Berdasarkan informasi yang diberikan klien, maka terapi yang tepat adalah dengan terapi behavioral kognitif.
4. Pelaksanaan Terapi
Terapi seks merupakan teknik kognitif behavioral singkat yang membantu individu dan pasangannya untuk mengembangkan hubungan seksual yang lebih memuaskan dan mengurangi kecemasan akan performa.
5. Evaluasi
Tahapan ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengadakan penilaian terhadap keefektifan proses bantuan terapi dan penentuan kegiatan tindak lanjutnya. Tahap ini adalah tahap yang apakah tujuan terapi ini telah terpenuhi dan apakah hasil dari terapi ini sudah didapat. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap evaluasi. Evaluasi dapat dilihat berdasarkan record dari klien sebelumnya dan kemajuan apa yang terjadi setelah klien melakukan terapi.
Evaluasi dilakukan dalam tahapan yang sistematis, yaitu :
- Harapan awal : terapi berhasil atau naiknya minat atau hasrat seksual subjek
- Setelah dilakukan terapi, tidak ada masalah dalam hubungan seksual subjek, khususnya minat dan hasrat seksualnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar